Tugas Sistem Informasi Sumberdaya Perairan
PERAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM BIDANG
PERIKANAN DAN KELAUTAN
Dosen Pembimbing:
Rusdi
Leidonal, SP, M.Sc
RISKY
ANGGITA HARAHAP
090302075
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Latar Belakang
Sistem Informasi Geografis (Geographic
Information System) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang
memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih
sempit, adalah sistem sistem yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya
data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database.
GIS (Geographic Information System)
merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen,
proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap
data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial
bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data
jaringan jalan, data vegetasi dan sebagainya.
Sebuah sistem informasi geografis
(SIG) mengintegrasikan perangkat keras, perangkat lunak, dan data untuk
menangkap, mengelola, menganalisa, dan menampilkan semua bentuk informasi
geografis dirujuk. GIS memungkinkan kita untuk melihat, memahami, pertanyaan,
menafsirkan, dan visualisasikan data dalam banyak cara yang mengungkapkan
hubungan, pola, dan kecenderungan dalam bentuk peta, bola dunia, laporan, dan
grafik. GIS membantu Anda menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah dengan
melihat data Anda dalam cara yang cepat dan mudah dipahami bersama. Teknologi
GIS dapat diintegrasikan ke dalam setiap kerangka sistem informasi perusahaan.
Sebuah sistem informasi geografis (GIS), sistem informasi geografis, atau sistem informasi geospasial adalah
sistem apapun yang menangkap, menyimpan, menganalisa, mengelola, dan menyajikan
data yang berhubungan dengan lokasi. Dalam istilah sederhana, GIS adalah
penggabungan kartografi, analisis statistik, dan teknologi database. GIS dapat digunakan dalam arkeologi, geografi, kartografi, penginderaan
jauh, survei tanah, utilitas publik manajemen, manajemen sumber daya alam,
pertanian presisi, fotogrametri, perencanaan kota, manajemen darurat,
arsitektur lansekap, navigasi, video udara, dan mesin pencari lokal.
Seperti GIS dapat dianggap sebagai
sebuah sistem, secara digital menciptakan dan "memanipulasi" area
spasial yang mungkin yurisdiksi, tujuan atau aplikasi yang berorientasi GIS
yang spesifik dikembangkan. Oleh
karena itu, SIG yang dikembangkan untuk suatu, yurisdiksi aplikasi enterprise,,
atau tujuan mungkin tidak tentu interoperabel atau yang kompatibel dengan GIS
yang telah dikembangkan untuk beberapa aplikasi lain, yurisdiksi, perusahaan,
atau tujuan.
Tujuan
Tujuan
dilakukannya aplikasi SIG dalam
bidang kelautan dan perikanan adalah:
- Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap.
- Jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
- Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan.
- Mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar
Manfaat
Manfaat
dilakukannya aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan adalah:
- Sebagai salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik dalam mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan.
- Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
TINJAUAN PUSTAKA
Aplikasi SIG di Bidang Kelautan dan Perikanan
Ikan dengan
mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui
teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu
seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy)
dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda
baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a.
Pengetahuan
dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara
spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini
akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai
contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada
kisaran suhu 18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a
sekitar 0.3 mg m-3 (Polovia et al., 2001; Zainuddin et al.,
2004, 2006).
Selanjutnya
output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan
distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator
oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer
pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter
lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan
kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi
spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara
fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan
ikan yang efektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi di lingkungan :
- Suhu permukaan laut (SST),
- Tingkat konsentrasi klorofil-a,
- Perbedaan tinggi permukaan laut,
- Arah dan kecepatan arus dan tingkat produktifitas primer.
Berikut ini
disajikan salah satu contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada
penangkapan ikan tuna di laut utara Pasific (Gambar 1). Terlihat bahwa
dua database (satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan
spasial analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4
layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST)
(NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi
permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO).
Parameter
pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi
ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena
dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang berhubungan dengan
kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan
kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan upwelling; dan
parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan
kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan.
Data
penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda
panah) diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit.
Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil
tangkapan.
Gambar
1. Aplikasi SIG dan inderaja dalam kegiatan penangkapan ikan tuna pada bulan
November 2000 (resolusi semua layer citra = 9 Km).
Contoh lain aplikasi SIG di selatan pulau Hokkaido,
Jepang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Peta ini menunjukkan berbagai informasi
spasial yang dapat dipahami tentang perikanan tangkap di sekitar pulau
tersebut, khususnya perikanan cumi-cumi. Peta SIG menggambarkan dimana posisi
pelabuhan perikanan (fishing port), jarak antara fishing
ground (daerah penangkapan) dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan,
jumlah kapal yang tersedia. Dari informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi
musiman daerah penangkapan, hasil tangkapan dan jumlah kapal penangkap akan
menghasilkan informasi tentang jalur migrasi spesies cumi-cumi tersebut yaitu
cenderung ke utara pada bulan Juni dan kembali ke selatan pada bulan November.
Gambar
2. Peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi dan jumlah kapal dan hasil
tangkapannya di sekitar pulau Hokkaido, Jepang pada bulan Juni (kiri) dan
November (kanan).
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah mengenai peran Sistem
Informasi Geografis dalam bidang perikanan dan kelautan adalah:
- Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya.
- Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif.
- Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling.
Saran
Adapun
saran dalam makalah ini adalah diperlukannya pemahaman yang lebih lanjut
mengenai sistem informasi geografis dalam bidang perikanan dan kelautan untuk
mempermudah dalam mengetahui kelimpahan ikan dalam sektor perairan.

Prahasta,
E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika.
Bandung.
Priyanti.
1999. Studi Daerah Penangkapan Rawal Tuna Di Perairan Selatan Jawa Timur-Bali
Pada Musim Timur Berdasarkan Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut Citra Satelit
NOAA-AVHRR dan Data Hasil Tangkapan. Skripsi. Program Studi PSP. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sumarno
dan Indrianawati. 2011. Pembangunan Geodatabase
Kelautan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Jurnal Rekayasa No. 1 Vol. XV: 27-38.
Sutabri,
T. 2003. Sistem Informasi Managemen. Penerbit ANDI Yogyakarta. Yogyakarta.